MAKALAH
PUSAT-PUSAT PERADABAN ISLAM DI DUNIA
(MEKAH, MADINAH, BAGHDAD, ISTANBUL, CORDOVA)
Di
Susun Oleh:
Syaiful
Bahri
Halimatus
Sa’diyah
JL.
PONTREN SUMBER BUNGUR PAKONG
TAHUN
PELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan ke
Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dengan berbagai
observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan
tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang
pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik
konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Pamekasan, 09 Januari 2019
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.
Makkah Al-Mukarramah
B.
Madinah Al-Munawwarah
C.
Baghdad
D.
Istanbul (Turki)
E.
CORDOVA (Spamyol)
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam perkembangan penyebaran agama Islam tak lepas
dari peran kota-kota di dunia yang pernah dikuasai Islam pada masanya.
Kota-kota tersebut terdapat peninggalan-peninggalan Islam yang masih terjaga
sampai saat ini misalnya: taman kota, masjid, istana bahkan benteng dan
lain-lain.
Dalam konteks peradaban, Islam menampilkan peradaban
baru yang esistensinya berbeda dengan sebelumnya. Islam telah melahirkan
revolusi kebudayaan dan peradaban. Meskipun demikian pengaruh lokal adalah
proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Akan tetapi, pengaruh ini justru
memperkaya peradaban Islam itu sendiri.
Sering kita
mendengar bahwa peristiwa masa lalu bisa
dijadikan sebagai jas merah, sebenarnya maksud dari kata jas merah itu sendiri
adalah “jangan sampai melupakan sejarah”. Apalagi kita sebagai orang Islam dan
menuntut ilmu di Universitas Islam tentunya harus paham akan sejarah kebudayaan
islam di masa dahulu. Hal ini perlu agar kita mampu menganalisa dan mengambil
ibrah dari setiap peristiwa yang pernah terjadi. Khususnya mengenai
peradaban-peradaban islam di masa lalu.
Dalam
makalah kali ini akan dibahas mengenai Pusat-Pusat
Peradaban islam yang berada di Mekah, Madinah, Baghdad, Istanbul, CORDOVA.
dan untuk lebih detailnya tentang Pusat-pusat Peradaban Islam ini akan
diuraikan dalam Bab Pembahasan. Namun, dengan segala keterbatasan tim penulis,
maka dalam makalah ini tidak akan dijabarkan satu persatu secara rinci.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaiamana pusat peradaban Islam di Makkah Al-Mukarramah?
2. Bagaiamana pusat peradaban Islam di Madinah
Al-Munawwarah?
3. Bagaiamana pusat peradaban Islam di Baghdad?
4. Bagaiamana pusat peradaban Islam di Istanbul?
5. Bagaiamana pusat peradaban Islam di CORDOVA?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pusat peradaban Islam di Makkah
Al-Mukarramah.
2. Untuk mengetahui pusat peradaban Islam di Madinah
Al-Munawwarah.
3. Untuk mengetahui pusat peradaban Islam di Baghdad.
4. Untuk mengetahui pusat peradaban Islam di Istanbul.
5. Untuk mengetahui pusat peradaban Islam di CORDOVA.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Makkah Al-Mukarramah
Mekkah merupakan tempat lahirnya agama Islam, dimana
Nabi Muhammad lahir dan memperoleh wahyu Alquran di Kota Mekkah. Awalnya Mekkah
merupakan pusat peradaban jahiliyyah. Di
kota ini juga terdapat Ka’bah di
Masjidil Haram yang merupakan kiblat umat Islam dalam shalat. Makkah juga
menjadi pusat kajian ilmu-ilmu keagamaan, khususnya pusat kajian ilmu hadits
dan fiqih. Dari Madina setelah kekuatan
Nabi Muhammad dan para sahabat menjadi besar beliau merebut kembali kota Makkah
dengan cara menaklukkan kota itu secara damai, pada tahun 8 H (630 M) yang
dikenal Fathul Makkah, yaitu terbukanya kota Makkah.[1]
Mekkah pada masa nabi muhammad lebih dititik beratkan
pada menata masyarakatnya pada aqidah. sedangkan untuk ilmu-ilmu lain banyak
diterapkan di Madinah. Mekkah menjadi pusat Keagamaan umat islam dunia. Mereka
banyak berdatangan ke Mekkah untuk Haji dan umroh. serta memperdalam ilmu
agamanya.[2]
B. Madinah Al-Munawwarah
Kota Madinah pada
awalnya bernama Yatsrib, dari Madinah Nabi meneruskan perjuangan menyabarkan
agama Islam. Di Madinah selama 13 tahun nabi membina dan mengembangkan
masysrakat Islam. Bahkan di Madinah ini, Nabi membangun sistem kehidupam
bermasysrakat Islam yang dicita-cikannya.
Di kota ini pula
terdapat masjid Nabi yang terkenal dengan dengan nama Masjid Nabawi. Di samping
masjid dibangun ruangan tertutup untuk para fakir miskin kaum muslimin. Masjid
diberi pintu dua, yaitu pintu Aisyah dan pintu Atiqah. Pada zaman Rasul dan
para khulafaur rasyidin. Masjid Madinah menjadi kantor besar yang didalamnya
diurus segala urusan pemerintahan. Di kota iniNabi Muhammad dimakamkan. Kota
Madinah merupakan kota suci umat Islam setelah Makkah. Dari kota ini lahir para
ilmuwan muslin dan para ulama yang menghiasi kota Madinah juga menjadi pusat
kajian keilmuankeagamaan Islam, khususnya ilmu hadits, ilmu fiqih, dan ilmu
tafsir Alquran.[3]
Peradaban Madinah berkembang ketika nabi muhammad datang ke Kota itu,
dimana onta nabi muhammad berhenti disuatu bidang lahan untuk pembangunan
masjid Nabawi. Pada saat itu kaum muslimin melakukan berbagai aktifitasnya di
dalam masjid ini, baik beribadah, memutuskan suatu perkara, jual eli maupun perayaan-perayaan.
tempat ini menjadi faktor pemersatu umat. Selanjutnya kota ini menjadi
pusat kekhalifahan sebagai penerus Nabi
Muhammad. Terdapat tiga khalifah yang memerintah dari kota ini yakni Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Utsman bin Affan. Pada masa Ali bin Abi Thalib pemerintahan
dipindahkan ke Kufah di Irak karena
terjadi gejolak politik akibat terbunuhnya khalifah Utsman.
Secara sistematik, proses peradaban yang dilakukan oleh nabi pada
masyarakat islam di yatsrib adalah:
- Nabi Muhammad mengubah nama dari yasrib menjadi Madinah Al-munawarah.
Perubahan nama itu bukan secara kebetulan, perubahan itu menggambarkan
cita-cita nabi Muhammad Saw. yaitu membentuk suatu masyarakat yang tertib
dan maju dan berperadaban.
- Membangun masjid bukan sebagai tempat ritual saja, tapi juga menjadi
sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dengan musyawaah dalam
merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Masjid juga sebagai pusat
pemerintahan.
- Nabi muhammad membentuk kegiatan Mu’akhat (persaudaraan) yang
mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar
- Membentuk persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama
islam
- Membentuk tentara untuk mengantisipasi gangguan yang dilakukan musuh.
Hubungan antara muslim dengan muslim lainya berdasarkan piagam madinah
terdapat 5 prinsip:
1.
Bertetangga baik.
2.
Saling membantu.
3.
Membela yang dianiyaya.
4.
Saling menasehati.
C. Baghdad
Menurut cerita rakyat, daerah ini sebelumnya adalah tempat peristirahatan
Kisra Anusyirwan, seorang raja Persia yang masyhur, di musim panas. Baghdad
sendiri mempunyai arti “Taman Keadilan”. Masa keemasan Kota Baghdad terjadi
pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al- Rasyid (786- 806 M) dan Al-Ma’mun
(813-833 M).Peradaban yang dicapai pada masa Khalifah Al- Manshur diantaranya
pada pembangunan fisik, dengan mendesain kota ini berbentuk bundar, yang di
sekililingnya dibangun dinding tembok yang besar dan tinggi. Di sebelah luar
dinding tembok digali parit besar yang berfungsi sebagai saluran air dan
sekaligus sebagai benteng. Disediakannya empat buah pintu gerbang di sekitar
kota ini untuk setiap orang yang ingin memasuki kota ini. Keempat pintu gerbang
itu adalah Bab al- Kufah yang terletak di sebelah barat daya, Bab al-
Syam di barat laut, Bab al- Bashrah di tenggara, dan Bab al-
Khurasan di timur laut. Di masing-masing pintu gerbang di bangun 28 menara
untuk tempat pengawal negara yang mengawasi keadaan di luar. Terdapat tempat
peristirahatan dengan ukiran indah dan menyenangkan pada setiap pintu gerbang
bagian atas.
Baghdad didirikan pada tahun 762M oleh khalifah Al-Manshur dari Dinasti
Abasiyah. Satu tim ahli dibentuk untuk memilih sebuah bidang tanah yang cukup
luas, yang terletak antara Sungai Tigris dan Sungai Euftar. istana khalifah
terletak di tengah-tengah kota Baghdad dengan gaya seni arsitektur Persia, yang
dikenal dengan Al-Qashr Az-Zahabi (Istana Emas). Istana ini dilengkapi
dengan bangunan masjid, tempat pengawal istana, polisi dan tempat tinggal
putra-putri serta keluarga khalifah.Kota Baghdad menjadi lebih masyhur lagi
karena perannya sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan islam di
dunia setelah masa Al-Manshur. Banyak buku filsafat yang sebelumnya dipandang
sudah mati, yang kemudian dihidupkan kembali dengan diterjemahkan ke dalam
bahasa Arab. Khalifah Al- Ma’mun memiliki perpustakaan yang dipenuhi dengan
beribu-ribu ilmu pengetahuan yang bernama Bait Al-Hikmah. Banyak para
ilmuwan dari berbagai daerah datang ke kota ini untuk mendalami ilmu
pengetahuan.[5]
Sejak berdirinya Baghdad sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu
pengetahuan dalam Islam. Dari baghdad lahir karya-karya sastra indah
diantaranya Alfu Lailah wa Lailah (1001 malam). Dan juga para ilmuwan,
ulama, filsuf, dan sastrawan diantaranya: Al-Khawarizmi ( tokoh astronomi,
matematika, penemu al jabar), AL-Kindi (filsuf arab pertama), Al-Farabi (filsuf
besar), Ar-Razi (filsuf, ahli fisika, dan kedokteran), Imam Al-Ghazali (ilmuwan
dan ulama ternama), Syaikh Abdul Qadir Al-Jaelani (pendiri tarekat
Qadariyah).Pada masa Abbasiyah di kota Baghdad juga berdiri akademik dan
sekolah tinggi. Perguruan tinggi yang terkenal adalah An-Nizhamiyah,
didirikan oleh Nizamul Mulk (5H) dan perguruan Al-Mustanshiriyah yang
didirikan oleh khalifat Al-Muntashir Billah (7H).
Karena serangan bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258
M kota ini hancur berantakan. Pada tahun 1400 M, kota ini diserang oleh pasukan
Timur Lenk, tahun 1508 M dihancurkan oleh tentara Kerajaan Safawi.[6]
D. Istanbul (Turki)
Kota istanbul merupakan Ibu kota kerajaan Turki
Usmani. Awalnya merupakan ibu kota kerajaan Romawi Timur dengan nama
Konstantinopel. Konstantinopel sebelumnya sebuah kota bernama Bizantium,
kemudian diganti dengan nama Kontsantipel oleh kaisar Constantin, kaisar Romawi
Timur. Konstantinopel jatuh ke tangan Islam pada masa Dinasti Turki Usmani
dibawah pimpinan Sultan Muhammad II yang bergelar Muhammad Al-Fatih pada tahun
1453, dan di jadukan ibukota kerajaan Turki Usmani.
Oleh Sultan Muhammad Al-Fatih, kota Konstantinopel
yang artinya kota Constantin, di ubah namanya menjadi Istanbul yang artinya
kota Islam. Wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar Eropa Timur, Asia
kecil, dan Aftika Urata. Bahkan daerah-daerah yang lebih jauh juga mengakui
kekuasaan Istanbul. Dalam bidang arsitektur, masjid-masjid yang dibangun
membuktikan kemajuannya. Masjid merupakan suatu ciri dari sebuah kota Islam,
tempat kaum Muslimin menjalankan kewajiban ibadahnya. Gereja Aya Sophia,
setelah ditaklukkan kaum Muslimin diubah menjadi masjid Agung yang terpenting
di Istanbul. Pengaruh jatuhnya Kontantinopel besar sekali bagi Turki Usmani.
Kota tua itu adalah pusat kerajaan Bizantium yang menyimpan banyak ilmu
pengetahuan dan menjadi pusat agama Kristen ortodoks.
Istanbul merupakan pusat peradaban Islam pada masa
kekuasaan Turki Usmani yang terpenting bukan karena keindahan kota akan tetepi,
karena di kota bekas pusat kekuasaan Romawi Timur terdapat pusat-pusat kajian
keilmuan yang mendorong puncak kejayaan peradaban umat Islam.[7]
Setelah Muhammad Al-Fatih menjadikan Istambul sebgai ibu kota kerajaan
Turki Usmani, beliau melakukan penataan hal-ihwal orang-orang Kristen
Yunani(Romawi). Dalam penataan tersebut beliau tetap memberikan kebebasan
kepada pihak gereja, seperti yang dilakukan para pendahulunya dan mengakui
agama lain sesuai dengan ajaran islam yang menghormati keyakinan suatu agama.
Penduduk Istanbul memang heterogen dalam bidang agama. Menurut sensus tahun
1477, penduduk Istanbul berdasarkan agama adalah sebagai berikut: Muslim 8951
rumah tangga (60 %), penganut Kristen Ortodoks (Yunani) 3151 rumah
tangga( 21,5%), Yahudi 1647 rumah tangga (11%), lain-lain 1054 rumah tangga
(7,5%).
Sebagai ibu kota, di sinilh tempat berkembangnya kebudayaan Turki yang
merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan. Bangsa Turki Utsmani banyak
mengambil ajaran etika dan politik dari bangsa Persia. Sebagai bangsa berasal
dari Asia Tengah, Turki memang suka berasimilasi dan senang bergaul dengan
bangsa lain. Dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan, kebudayan Bizantium
banyak mempengaruhi kerajaan Turki Utsmani ini. Namun, jauh sebelum mereka
berasimilasi dengan bangsa-bangsa tersebut, sejak pertama kali mereka masuk
islam bngsa Arab sudah menjadi guru mereka dalam bidang agama, ilmu,
prinsip-prinsip kemasyarakatan dn hukum. Huruf Arab dijadikn huruf
resmikerajaan. Kekuasaan tertinggi memang berada di tangan Sultan, tetapi roda
pemerintahan dijalankan oleh Shadr Al-A’zham (Perdana menteri) yang
berkedudukan di ibu kota. Jabatan-jabatan penting, termasuk perdana menteri,
seringkali justru diserahkan kepada orang-orang asal Eropa, dengan syarat
menyatakan diri secara formal masuk islam.
Dalam bidang arsitektur, masjid-masjid yang dibangun di sana membuktikan
kemajuannya. Masjid memang merupakan suatu ciri dari sebuah kota Islam, tempat
kaum muslimin mendapat fasilitas lengkap untuk menjalankan kewajiban agamanya,
Gereja Aya Sophia, setelah penaklukan diubah menjadi sebuah masjid agung yang
terpenting di Istambul. Gambar-gambar makhluk hidup yang ada sebelumnya
ditutup, mihrab didirikan, dindingnya dihiasi dengan kaligrafi yang indah, dan
menara-menara dibangun. Masjid-masjid penting lainnya adalah Masjid Agung
Al-Muhammadi atau Masjid Agung Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Abu Ayyub
Al-Anshari (tempat penaklukan para Sultan Utsmani), Masjid Bayazid dengan gaya
Persia, dan Masjid Sulaiman Al-Qanuni.
Di samping masjid, para sultan juga mendirikn istana-istana dan vila-vila
yang megah, sekolah, asrama, rumah sakit, panti asuhan, penginapan, pemandian
umum, pusat-pusat Tharekat, dan lain- lain. Rumah-rumah dan vila yang mewah
juga dimiliki oleh pedagang-pedagang kaya. Istana dan vila biasanya dilengkapi
dengan taman dan tembok di sekelilingnya. Jalan- jalan yang menghubungkan
antara satu daerah dengan daerah lain, terutama dengan ibu kota dibangun.[8]
E. CORDOVA (Spanyol)
CORDOVA adalah kota lama yang dibangun kembali dengan
gaya Islam. Dari kota ini lahirlah filsuf Ibnu Rusyd (Averros). Kota ini
pertama kali dimasuki Islam pada tahun 711 M oleh pasukan Islam dibawah
pimpinan Thariq bin Ziyad. Ketika Abdurrahman Ad-Dakhil masuk ke Andalusia,
telah menjadikan CORDOVA sebagai ibu kota dan kota yang indah. Ia menciptakan
taman dengan dipenuhi tuffah (apel) dan pohon delima. Semasa pemerintahan
Abdurrahman An-Nasir, CORDOVA diperindah dan diperluas. Pada masanya terdapat
pula Universitas CORDOVA yang dijadikan satu dengan Masjid CORDOVA, pada saat
itu CORDOVA menjasi kota budaya di daratan Eropa. CORDOVA, Konstantinopel dan
Baghdad merupakan tiga pusat kebudayaan dunia.[9]
Sebagai ibu kota pemerintahan, CORDOVA di masa bani Umayyah mengalami
perkembangan yang pesat. Banyak bangunan-bangunan baru yang didirikan seperti
Istana dan Masjid-masjid. Kota ini diperluas dengan memperbesar tembok yang
mengelilinginya. Sebuah jembatan dengan gaya arsitektur Islam yang mempunyai 16
lengkungan dalam gaya romawi, menghubungkan CORDOVA dengan daerah pinggiran
diseberang sungai. Disebelah barat jembatan itu berdiri Istana al Caza.
Perkembangan kota ini mencapai puncaknya pada abd. Al-Rahman al-Nashir
dipertengahan abad ke-10 M. Pada masa pemerintahan Islam CORDOVA terkenal juga
sebagai pusat kerajinan barang-barang dari perak, sulaman-sulaman dari sutra
dan kulit yang mempunyai bentuk husus. Pada tahun 1236 M. CORDOVA direbut oleh
tentara kristen dibawah pimpinan Ferdinand III dari castila. Setelah itu, supremasi
islam di Spanyol mulai mengalami zaman kemunduran.
Pada masa pemerintahan bani Umayyah di Spanyol, CORDOVA menjadi pusat ilmu
pengetahuan. Di kota ini berdiri Universitas CORDOVA. Banyak ilmuwan dari dunia
Islam bagian timur yang tertarik untuk mengajar di Universitas ini. Disamping
itu, di kota ini juga terdapat sebuah perpustakaan besar yang mempunyai koleksi
buku kira-kira 400 judul. Daftar sebagian dari buku-buku itu terkumpul dalam 44
jilid buku besar. Kemajuan ilmu pengetahuan disana tidak dapat terlepas dari
dua orang Kholifah pencinta ilmu yaitu, Abd. Al-Rahman al-Nashir dan anaknya
al-Hakam. Yang disebut terakhir ini memerintahkan pegawainya untuk mencari dan
membeli buku-buku ilmu pengetahuan, baik klasik maupun kontemporer. Bahkan, ia
ikut langsung dalam pengumpulan buku itu. Ia menulis surat kepada
penulis-penulis terkenal untuk mendapat karyanya dengan imbalan yang tinggi.
Pada masanya lah tercapai apa yang dinamakan masa keemasan ilmu pengetahuan dan
sastra di Spanyol Islam.
CORDOVA telah menghasilkan banyak ulama untuk kita dalam berbagai bidang
ilmu pengetahuan seperti Ibnu Abdil Barr, Ibn Hazm az-Zhahiri, Ibnu Rusyd,
az-Zahrawi, al-Idrisi, al-Abbas bin Farnas, al-Qurthubi dan lainnya.CORDOVA
tetap dalam keunggulan seperti ini dibandingkan dengan kota-kota lain di
Spanyol hingga runtuhnya masa dinasti Umayyah pada tahun 404 H atau 1013 M,
ketika tentara Barbar memberontak dan menggulingkan kekhilafahan. Mereka
menghancurkan istana-istana para Khalifah, meluluhlantahkan kota serta merampas
keindahannya. Sejak saat itu padamlah sinar kemajuan di kota tersebut dan
pindah ke kota selanjutnya, Asybiliah (Sevilla).
Masjid Jami’ terhitung sebagai satu karya besar dalam bidang seni bangunan
yang didirikan pada masa Abdurrahman ad-Dakhil. Dan Masjid CORDOVA tetap eksis
hingga sekarang ini dengan seni dan artefak ala Islam lengkap dengan
mihrab-mihrabnya. Akan tetapi sekarang telah berubah fungsi menjadi Gereja
Katedral setelah CORDOVA berhasil ditaklukkan dan setelah dirombak dengan
membuang banyak kubah serta ornamen keislamannya.Sekalipun demikian, Masjid ini
mampu mempertahankan sebagian keunggulannya, hingga jatuh ke tangan Fernando
III pada tanggal 23 Syawwal 633 H.. Kaum muslimin dipaksa meninggalkannya dan
usailah sudah lembaran kebudayaan kaum muslimin yang luar biasa, berlangsung
selama 5 abad di kota tersebut.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Peradaban-peradaban
islam yang telah di alami di daerah uang menjadi pusat-pusat peradan Islam di
dunia Islam memiliki kontribusi besar dalam berbagai bidang seperti: pendidikan
dan ilmu pengetahuan, politik dan pemerintahan, ekonomi, arsitektur. Peradaban
dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan Kota Baghdad memiliki perpustakaan
yang dipenuhi dengan beribu-ribu ilmu pengetahuan yang bernama Bait
Al-Hikmah, Perguruan Mustanshiriyah, serta para ilmuwan yaitu Al-
Khawarizmi, Al-Kindi, Al-Razi, Al-Farabi, Abu Hanifah, Syafi’i, Ahmad ibn
Hambal, Al- Ghazali, Abd Al-Qadir Al-Jilani, Ibn Muqaffa’, dan
lain-lain.Peradaban dalam bidang politik dan pemerintahan di Kairo dengan
pelaksanaaan tiga kebijaksanaan besar, yaitu pembaharuan dalam bidang
administrasi, pembangunan ekonomi, dan toleransi beragama.
Kota-kota
yang menjadi pusat pemerintahan Islam terdapat masjid-masjid yang menjadi bukti
kota itu menjadi pemerintahan Islam. Dan membuktikan bahwa Islam sangatlah kuat
pada masanya dengan bukti kota-kota besar di Eropa bisa dikuasai Islam bahkan
menjadi pusat ilmu pengetahuan, ekonomi, arsitektur dan politik
B. Saran
Semoga makalah yang saya susun ini dapat bermanfaat
bagi siapa saja yang membacanya, dan dapat menambah khanazah keilmuan kita
semua. Amin.
Kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca
sangat saya butuhkan untuk bisa menyempurnakan penyusunan makalah yang saya
susun dikemudian hari.
DAFTAR
PUSTAKA
Munir Amin,Samsul,
2009. Sejarah peradaban Islam. Jakarta:
Amzah.
Supriadi,Dedi,2008. Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka setia.
Yatim,Badri.2003. Sejarah Peradaban Islam,Jakarta: PT. RajaGrafindo
Persada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar