Rabu, 09 Januari 2019

MAKALAH PUSAT-PUSAT PERADABAN ISLAM DI DUNIA (MEKAH, MADINAH, BAGHDAD, ISTANBUL, CORDOVA)


MAKALAH
PUSAT-PUSAT PERADABAN ISLAM DI DUNIA
(MEKAH, MADINAH, BAGHDAD, ISTANBUL, CORDOVA)



Di Susun Oleh:
Syaiful Bahri
Halimatus Sa’diyah





MA SUMBER BUNGUR PAKONG PAMEKASAN
JL. PONTREN SUMBER BUNGUR PAKONG
TAHUN PELAJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR 

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat dengan berbagai observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. 
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya. 

Pamekasan, 09 Januari 2019

Penyusun







DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
B.     Rumusan Masalah
C.     Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A.     Makkah Al-Mukarramah
B.     Madinah Al-Munawwarah
C.     Baghdad
D.     Istanbul (Turki)
E.      CORDOVA (Spamyol)
BAB III PENUTUP
A.     Kesimpulan
B.     Saran
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Dalam perkembangan penyebaran agama Islam tak lepas dari peran kota-kota di dunia yang pernah dikuasai Islam pada masanya. Kota-kota tersebut terdapat peninggalan-peninggalan Islam yang masih terjaga sampai saat ini misalnya: taman kota, masjid, istana bahkan benteng dan lain-lain.
Dalam konteks peradaban, Islam menampilkan peradaban baru yang esistensinya berbeda dengan sebelumnya. Islam telah melahirkan revolusi kebudayaan dan peradaban. Meskipun demikian pengaruh lokal adalah proses alami yang tidak dapat dihindarkan. Akan tetapi, pengaruh ini justru memperkaya peradaban Islam itu sendiri.
Sering kita mendengar bahwa peristiwa masa lalu  bisa dijadikan sebagai jas merah, sebenarnya maksud dari kata jas merah itu sendiri adalah “jangan sampai melupakan sejarah”. Apalagi kita sebagai orang Islam dan menuntut ilmu di Universitas Islam tentunya harus paham akan sejarah kebudayaan islam di masa dahulu. Hal ini perlu agar kita mampu menganalisa dan mengambil ibrah dari setiap peristiwa yang pernah terjadi. Khususnya mengenai peradaban-peradaban islam di masa lalu.
Dalam makalah kali ini akan dibahas mengenai Pusat-Pusat Peradaban islam yang berada di Mekah, Madinah, Baghdad, Istanbul, CORDOVA. dan untuk lebih detailnya tentang Pusat-pusat Peradaban Islam ini akan diuraikan dalam Bab Pembahasan. Namun, dengan segala keterbatasan tim penulis, maka dalam makalah ini tidak akan dijabarkan satu persatu secara rinci.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaiamana pusat peradaban Islam di Makkah Al-Mukarramah?
2.      Bagaiamana pusat peradaban Islam di Madinah Al-Munawwarah?
3.      Bagaiamana pusat peradaban Islam di Baghdad?
4.      Bagaiamana pusat peradaban Islam di Istanbul?
5.      Bagaiamana pusat peradaban Islam di CORDOVA?


C.     Tujuan
1.      Untuk mengetahui pusat peradaban Islam di Makkah Al-Mukarramah.
2.      Untuk mengetahui pusat peradaban Islam di Madinah Al-Munawwarah.
3.      Untuk mengetahui pusat peradaban Islam di Baghdad.
4.      Untuk mengetahui pusat peradaban Islam di Istanbul.
5.      Untuk mengetahui pusat peradaban Islam di CORDOVA.


















BAB II
PEMBAHASAN
A.     Makkah Al-Mukarramah
Mekkah merupakan tempat lahirnya agama Islam, dimana Nabi Muhammad lahir dan memperoleh wahyu Alquran di Kota Mekkah. Awalnya Mekkah merupakan pusat peradaban jahiliyyah.  Di kota ini juga terdapat Ka’bah  di Masjidil Haram yang merupakan kiblat umat Islam dalam shalat. Makkah juga menjadi pusat kajian ilmu-ilmu keagamaan, khususnya pusat kajian ilmu hadits dan fiqih.  Dari Madina setelah kekuatan Nabi Muhammad dan para sahabat menjadi besar beliau merebut kembali kota Makkah dengan cara menaklukkan kota itu secara damai, pada tahun 8 H (630 M) yang dikenal Fathul Makkah, yaitu terbukanya kota Makkah.[1]
Mekkah pada masa nabi muhammad lebih dititik beratkan pada menata masyarakatnya pada aqidah. sedangkan untuk ilmu-ilmu lain banyak diterapkan di Madinah. Mekkah menjadi pusat Keagamaan umat islam dunia. Mereka banyak berdatangan ke Mekkah untuk Haji dan umroh. serta memperdalam ilmu agamanya.[2]
B.     Madinah Al-Munawwarah
Kota Madinah pada awalnya bernama Yatsrib, dari Madinah Nabi meneruskan perjuangan menyabarkan agama Islam. Di Madinah selama 13 tahun nabi membina dan mengembangkan masysrakat Islam. Bahkan di Madinah ini, Nabi membangun sistem kehidupam bermasysrakat Islam yang dicita-cikannya.
Di kota ini pula terdapat masjid Nabi yang terkenal dengan dengan nama Masjid Nabawi. Di samping masjid dibangun ruangan tertutup untuk para fakir miskin kaum muslimin. Masjid diberi pintu dua, yaitu pintu Aisyah dan pintu Atiqah. Pada zaman Rasul dan para khulafaur rasyidin. Masjid Madinah menjadi kantor besar yang didalamnya diurus segala urusan pemerintahan. Di kota iniNabi Muhammad dimakamkan. Kota Madinah merupakan kota suci umat Islam setelah Makkah. Dari kota ini lahir para ilmuwan muslin dan para ulama yang menghiasi kota Madinah juga menjadi pusat kajian keilmuankeagamaan Islam, khususnya ilmu hadits, ilmu fiqih, dan ilmu tafsir Alquran.[3]
Peradaban Madinah berkembang ketika nabi muhammad datang ke Kota itu, dimana onta nabi muhammad berhenti disuatu bidang lahan untuk pembangunan masjid Nabawi. Pada saat itu kaum muslimin melakukan berbagai aktifitasnya di dalam masjid ini, baik beribadah, memutuskan suatu perkara, jual eli maupun perayaan-perayaan. tempat ini menjadi faktor pemersatu umat. Selanjutnya kota ini menjadi pusat kekhalifahan sebagai penerus Nabi Muhammad. Terdapat tiga khalifah yang memerintah dari kota ini yakni Abu BakarUmar bin Khattab, dan Utsman bin Affan. Pada masa Ali bin Abi Thalib pemerintahan dipindahkan ke Kufah di Irak karena terjadi gejolak politik akibat terbunuhnya khalifah Utsman.
Secara sistematik, proses peradaban yang dilakukan oleh nabi pada masyarakat islam di yatsrib adalah:
  1. Nabi Muhammad mengubah nama dari yasrib menjadi Madinah Al-munawarah. Perubahan nama itu bukan secara kebetulan, perubahan itu menggambarkan cita-cita nabi Muhammad Saw. yaitu membentuk suatu masyarakat yang tertib dan maju dan berperadaban.
  2. Membangun masjid bukan sebagai tempat ritual saja, tapi juga menjadi sarana penting untuk mempersatukan kaum muslimin dengan musyawaah dalam merundingkan masalah-masalah yang dihadapi. Masjid juga sebagai pusat pemerintahan.
  3. Nabi muhammad membentuk kegiatan Mu’akhat (persaudaraan) yang mempersaudarakan kaum Muhajirin dan Anshar
  4. Membentuk persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama islam
  5. Membentuk tentara untuk mengantisipasi gangguan yang dilakukan musuh.
Hubungan antara muslim dengan muslim lainya berdasarkan piagam madinah terdapat 5 prinsip:
1.      Bertetangga baik.
2.      Saling membantu.
3.      Membela yang dianiyaya.
4.      Saling menasehati.
5.      Menghormati kebebasan agama.[4]
C.     Baghdad
Menurut cerita rakyat, daerah ini sebelumnya adalah tempat peristirahatan Kisra Anusyirwan, seorang raja Persia yang masyhur, di musim panas. Baghdad sendiri mempunyai arti “Taman Keadilan”. Masa keemasan Kota Baghdad terjadi pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al- Rasyid (786- 806 M) dan Al-Ma’mun (813-833 M).Peradaban yang dicapai pada masa Khalifah Al- Manshur diantaranya pada pembangunan fisik, dengan mendesain kota ini berbentuk bundar, yang di sekililingnya dibangun dinding tembok yang besar dan tinggi. Di sebelah luar dinding tembok digali parit besar yang berfungsi sebagai saluran air dan sekaligus sebagai benteng. Disediakannya empat buah pintu gerbang di sekitar kota ini untuk setiap orang yang ingin memasuki kota ini. Keempat pintu gerbang itu adalah Bab al- Kufah yang terletak di sebelah barat daya, Bab al- Syam di barat laut, Bab al- Bashrah di tenggara, dan Bab al- Khurasan di timur laut. Di masing-masing pintu gerbang di bangun 28 menara untuk tempat pengawal negara yang mengawasi keadaan di luar. Terdapat tempat peristirahatan dengan ukiran indah dan menyenangkan pada setiap pintu gerbang bagian atas.
Baghdad didirikan pada tahun 762M oleh khalifah Al-Manshur dari Dinasti Abasiyah. Satu tim ahli dibentuk untuk memilih sebuah bidang tanah yang cukup luas, yang terletak antara Sungai Tigris dan Sungai Euftar. istana khalifah terletak di tengah-tengah kota Baghdad dengan gaya seni arsitektur Persia, yang dikenal dengan Al-Qashr Az-Zahabi (Istana Emas). Istana ini dilengkapi dengan bangunan masjid, tempat pengawal istana, polisi dan tempat tinggal putra-putri serta keluarga khalifah.Kota Baghdad menjadi lebih masyhur lagi karena perannya sebagai pusat perkembangan peradaban dan kebudayaan islam di dunia setelah masa Al-Manshur. Banyak buku filsafat yang sebelumnya dipandang sudah mati, yang kemudian dihidupkan kembali dengan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Khalifah Al- Ma’mun memiliki perpustakaan yang dipenuhi dengan beribu-ribu ilmu pengetahuan yang bernama Bait Al-Hikmah. Banyak para ilmuwan dari berbagai daerah datang ke kota ini untuk mendalami ilmu pengetahuan.[5]
Sejak berdirinya Baghdad sudah menjadi pusat peradaban dan kebangkitan ilmu pengetahuan dalam Islam. Dari baghdad lahir karya-karya sastra indah diantaranya Alfu Lailah wa Lailah (1001 malam). Dan juga para ilmuwan, ulama, filsuf, dan sastrawan diantaranya: Al-Khawarizmi ( tokoh astronomi, matematika, penemu al jabar), AL-Kindi (filsuf arab pertama), Al-Farabi (filsuf besar), Ar-Razi (filsuf, ahli fisika, dan kedokteran), Imam Al-Ghazali (ilmuwan dan ulama ternama), Syaikh Abdul Qadir Al-Jaelani (pendiri tarekat Qadariyah).Pada masa Abbasiyah di kota Baghdad juga berdiri akademik dan sekolah tinggi. Perguruan tinggi yang terkenal adalah An-Nizhamiyah, didirikan oleh Nizamul Mulk (5H) dan perguruan Al-Mustanshiriyah yang didirikan oleh khalifat Al-Muntashir Billah (7H).
Karena serangan bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258 M kota ini hancur berantakan. Pada tahun 1400 M, kota ini diserang oleh pasukan Timur Lenk, tahun 1508 M dihancurkan oleh tentara Kerajaan Safawi.[6]
D.    Istanbul (Turki)
Kota istanbul merupakan Ibu kota kerajaan Turki Usmani. Awalnya merupakan ibu kota kerajaan Romawi Timur dengan nama Konstantinopel. Konstantinopel sebelumnya sebuah kota bernama Bizantium, kemudian diganti dengan nama Kontsantipel oleh kaisar Constantin, kaisar Romawi Timur. Konstantinopel jatuh ke tangan Islam pada masa Dinasti Turki Usmani dibawah pimpinan Sultan Muhammad II yang bergelar Muhammad Al-Fatih pada tahun 1453, dan di jadukan ibukota kerajaan Turki Usmani.
Oleh Sultan Muhammad Al-Fatih, kota Konstantinopel yang artinya kota Constantin, di ubah namanya menjadi Istanbul yang artinya kota Islam. Wilayah kekuasaannya meliputi sebagian besar Eropa Timur, Asia kecil, dan Aftika Urata. Bahkan daerah-daerah yang lebih jauh juga mengakui kekuasaan Istanbul. Dalam bidang arsitektur, masjid-masjid yang dibangun membuktikan kemajuannya. Masjid merupakan suatu ciri dari sebuah kota Islam, tempat kaum Muslimin menjalankan kewajiban ibadahnya. Gereja Aya Sophia, setelah ditaklukkan kaum Muslimin diubah menjadi masjid Agung yang terpenting di Istanbul. Pengaruh jatuhnya Kontantinopel besar sekali bagi Turki Usmani. Kota tua itu adalah pusat kerajaan Bizantium yang menyimpan banyak ilmu pengetahuan dan menjadi pusat agama Kristen ortodoks.
Istanbul merupakan pusat peradaban Islam pada masa kekuasaan Turki Usmani yang terpenting bukan karena keindahan kota akan tetepi, karena di kota bekas pusat kekuasaan Romawi Timur terdapat pusat-pusat kajian keilmuan yang mendorong puncak kejayaan peradaban umat Islam.[7]
Setelah Muhammad Al-Fatih menjadikan Istambul sebgai ibu kota kerajaan Turki Usmani, beliau melakukan penataan hal-ihwal orang-orang Kristen Yunani(Romawi). Dalam penataan tersebut beliau tetap memberikan kebebasan kepada pihak gereja, seperti yang dilakukan para pendahulunya dan mengakui agama lain sesuai dengan ajaran islam yang menghormati keyakinan suatu agama. Penduduk Istanbul memang heterogen dalam bidang agama. Menurut sensus tahun 1477, penduduk Istanbul berdasarkan agama adalah sebagai berikut: Muslim 8951 rumah tangga (60 %),   penganut Kristen Ortodoks (Yunani) 3151 rumah tangga( 21,5%), Yahudi 1647 rumah tangga (11%), lain-lain 1054 rumah tangga (7,5%).
Sebagai ibu kota, di sinilh tempat berkembangnya kebudayaan Turki yang merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan. Bangsa Turki Utsmani banyak mengambil ajaran etika dan politik dari bangsa Persia. Sebagai bangsa berasal dari Asia Tengah, Turki memang suka berasimilasi dan senang bergaul dengan bangsa lain. Dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan, kebudayan Bizantium banyak mempengaruhi kerajaan Turki Utsmani ini. Namun, jauh sebelum mereka berasimilasi dengan bangsa-bangsa tersebut, sejak pertama kali mereka masuk islam bngsa Arab sudah menjadi guru mereka dalam bidang agama, ilmu, prinsip-prinsip kemasyarakatan dn hukum. Huruf Arab dijadikn huruf resmikerajaan. Kekuasaan tertinggi memang berada di tangan Sultan, tetapi roda pemerintahan dijalankan oleh Shadr Al-A’zham (Perdana menteri) yang berkedudukan di ibu kota. Jabatan-jabatan penting, termasuk perdana menteri, seringkali justru diserahkan kepada orang-orang asal Eropa, dengan syarat menyatakan diri secara formal masuk islam.
Dalam bidang arsitektur, masjid-masjid yang dibangun di sana membuktikan kemajuannya. Masjid memang merupakan suatu ciri dari sebuah kota Islam, tempat kaum muslimin mendapat fasilitas lengkap untuk menjalankan kewajiban agamanya, Gereja Aya Sophia, setelah penaklukan diubah menjadi sebuah masjid agung yang terpenting di Istambul. Gambar-gambar makhluk hidup yang ada sebelumnya ditutup, mihrab didirikan, dindingnya dihiasi dengan kaligrafi yang indah, dan menara-menara dibangun. Masjid-masjid penting lainnya adalah Masjid Agung Al-Muhammadi atau Masjid Agung Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Abu Ayyub Al-Anshari (tempat penaklukan para Sultan Utsmani), Masjid Bayazid dengan gaya Persia, dan Masjid Sulaiman Al-Qanuni.
Di samping masjid, para sultan juga mendirikn istana-istana dan vila-vila yang megah, sekolah, asrama, rumah sakit, panti asuhan, penginapan, pemandian umum, pusat-pusat Tharekat, dan lain- lain. Rumah-rumah dan vila yang mewah juga dimiliki oleh pedagang-pedagang kaya. Istana dan vila biasanya dilengkapi dengan taman dan tembok di sekelilingnya. Jalan- jalan yang menghubungkan antara satu daerah dengan daerah lain, terutama dengan ibu kota dibangun.[8]
E.     CORDOVA (Spanyol)
CORDOVA adalah kota lama yang dibangun kembali dengan gaya Islam. Dari kota ini lahirlah filsuf Ibnu Rusyd (Averros). Kota ini pertama kali dimasuki Islam pada tahun 711 M oleh pasukan Islam dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad. Ketika Abdurrahman Ad-Dakhil masuk ke Andalusia, telah menjadikan CORDOVA sebagai ibu kota dan kota yang indah. Ia menciptakan taman dengan dipenuhi tuffah (apel) dan pohon delima. Semasa pemerintahan Abdurrahman An-Nasir, CORDOVA diperindah dan diperluas. Pada masanya terdapat pula Universitas CORDOVA yang dijadikan satu dengan Masjid CORDOVA, pada saat itu CORDOVA menjasi kota budaya di daratan Eropa. CORDOVA, Konstantinopel dan Baghdad merupakan tiga pusat kebudayaan dunia.[9]
Sebagai ibu kota pemerintahan, CORDOVA di masa bani Umayyah mengalami perkembangan yang pesat. Banyak bangunan-bangunan baru yang didirikan seperti Istana dan Masjid-masjid. Kota ini diperluas dengan memperbesar tembok yang mengelilinginya. Sebuah jembatan dengan gaya arsitektur Islam yang mempunyai 16 lengkungan dalam gaya romawi, menghubungkan CORDOVA dengan daerah pinggiran diseberang sungai. Disebelah barat jembatan itu berdiri Istana al Caza. Perkembangan kota ini mencapai puncaknya pada abd. Al-Rahman al-Nashir dipertengahan abad ke-10 M. Pada masa pemerintahan Islam CORDOVA terkenal juga sebagai pusat kerajinan barang-barang dari perak, sulaman-sulaman dari sutra dan kulit yang mempunyai bentuk husus. Pada tahun 1236 M. CORDOVA direbut oleh tentara kristen dibawah pimpinan Ferdinand III dari castila. Setelah itu, supremasi islam di Spanyol mulai mengalami zaman kemunduran.
Pada masa pemerintahan bani Umayyah di Spanyol, CORDOVA menjadi pusat ilmu pengetahuan. Di kota ini berdiri Universitas CORDOVA. Banyak ilmuwan dari dunia Islam bagian timur yang tertarik untuk mengajar di Universitas ini. Disamping itu, di kota ini juga terdapat sebuah perpustakaan besar yang mempunyai koleksi buku kira-kira 400 judul. Daftar sebagian dari buku-buku itu terkumpul dalam 44 jilid buku besar. Kemajuan ilmu pengetahuan disana tidak dapat terlepas dari dua orang Kholifah pencinta ilmu yaitu, Abd. Al-Rahman al-Nashir dan anaknya al-Hakam. Yang disebut terakhir ini memerintahkan pegawainya untuk mencari dan membeli buku-buku ilmu pengetahuan, baik klasik maupun kontemporer. Bahkan, ia ikut langsung dalam pengumpulan buku itu. Ia menulis surat kepada penulis-penulis terkenal untuk mendapat karyanya dengan imbalan yang tinggi. Pada masanya lah tercapai apa yang dinamakan masa keemasan ilmu pengetahuan dan sastra di Spanyol Islam.
CORDOVA telah menghasilkan banyak ulama untuk kita dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan seperti Ibnu Abdil Barr, Ibn Hazm az-Zhahiri, Ibnu Rusyd, az-Zahrawi, al-Idrisi, al-Abbas bin Farnas, al-Qurthubi dan lainnya.CORDOVA tetap dalam keunggulan seperti ini dibandingkan dengan kota-kota lain di Spanyol hingga runtuhnya masa dinasti Umayyah pada tahun 404 H atau 1013 M, ketika tentara Barbar memberontak dan menggulingkan kekhilafahan. Mereka menghancurkan istana-istana para Khalifah, meluluhlantahkan kota serta merampas keindahannya. Sejak saat itu padamlah sinar kemajuan di kota tersebut dan pindah ke kota selanjutnya, Asybiliah (Sevilla).
Masjid Jami’ terhitung sebagai satu karya besar dalam bidang seni bangunan yang didirikan pada masa Abdurrahman ad-Dakhil. Dan Masjid CORDOVA tetap eksis hingga sekarang ini dengan seni dan artefak ala Islam lengkap dengan mihrab-mihrabnya. Akan tetapi sekarang telah berubah fungsi menjadi Gereja Katedral setelah CORDOVA berhasil ditaklukkan dan setelah dirombak dengan membuang banyak kubah serta ornamen keislamannya.Sekalipun demikian, Masjid ini mampu mempertahankan sebagian keunggulannya, hingga jatuh ke tangan Fernando III pada tanggal 23 Syawwal 633 H.. Kaum muslimin dipaksa meninggalkannya dan usailah sudah lembaran kebudayaan kaum muslimin yang luar biasa, berlangsung selama 5 abad di kota tersebut.           

BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Peradaban-peradaban islam yang telah di alami di daerah uang menjadi pusat-pusat peradan Islam di dunia Islam memiliki kontribusi besar dalam berbagai bidang seperti: pendidikan dan ilmu pengetahuan, politik dan pemerintahan, ekonomi, arsitektur. Peradaban dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan Kota Baghdad memiliki perpustakaan yang dipenuhi dengan beribu-ribu ilmu pengetahuan yang bernama Bait Al-Hikmah, Perguruan Mustanshiriyah, serta para ilmuwan yaitu Al- Khawarizmi, Al-Kindi, Al-Razi, Al-Farabi, Abu Hanifah, Syafi’i, Ahmad ibn Hambal, Al- Ghazali, Abd Al-Qadir Al-Jilani, Ibn Muqaffa’, dan lain-lain.Peradaban dalam bidang politik dan pemerintahan di Kairo dengan pelaksanaaan tiga kebijaksanaan besar, yaitu pembaharuan dalam bidang administrasi, pembangunan ekonomi, dan toleransi beragama.
Kota-kota yang menjadi pusat pemerintahan Islam terdapat masjid-masjid yang menjadi bukti kota itu menjadi pemerintahan Islam. Dan membuktikan bahwa Islam sangatlah kuat pada masanya dengan bukti kota-kota besar di Eropa bisa dikuasai Islam bahkan menjadi pusat ilmu pengetahuan, ekonomi, arsitektur dan politik
B.     Saran
Semoga makalah yang saya susun ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya, dan dapat menambah khanazah keilmuan kita semua. Amin.
Kritik dan saran yang sifatnya membangun dari pembaca sangat saya butuhkan untuk bisa menyempurnakan penyusunan makalah yang saya susun dikemudian hari.






DAFTAR PUSTAKA
Munir Amin,Samsul, 2009. Sejarah peradaban Islam.  Jakarta: Amzah.
Supriadi,Dedi,2008. Sejarah Peradaban Islam,  Bandung: Pustaka setia.
Yatim,Badri.2003. Sejarah Peradaban Islam,Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.




[1] Samsul Munir, Sejarah peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm 281-282
[2] Dedi Supriadi. Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka setia, 2008) hlm 63
[3] Samsul Munir., Op. Cit., 282-284
[4] Dedi Supardi., Op. Cit., hlm 64-65
[5]Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003),  hlm. 277-281
[6] Samsul Munir., Op. Cit., hlm 285
[7] Ibid., hlm 290-291
[8]Badri Yatim, Op., Cit., hal.287-289
[9]Samsul Munir, Op. Cit., hlm 293-294

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Lestarikan Budaya Tradisional, Warga Desa Pakong dan Desa Bicorong adakan Lomba Layang-Layang Hias

PAKONG - Mukhtar membuka secara langsung mengenai gelaran lomba layang-layang dalam rangka memeriahkan HUT RI yang ke-77. Dalam rangka memer...