*noval.ahmad
Perempuan yang berusia 49 tahun ini adalah sosok seorang ibu yang kuat, yang memiliki cita-cita tinggi untuk mendidik anak-anaknya. Kehidupan yang tak mewah bisa di katakan sederhana, tak membuat perempuan yang berprofesi sebagai penjual sayur sayur di pasar, ini lupa akan pentingnya sebuah pendidikan.
Ibu Maryam, begitu sapaan yang akrab hanya bagi para pembelinya, walau tamatan bangku sekolah dasar untuk menentukan pikirannya untuk tetap menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi (universitas).
Maryam yang setiap harinya berjualan mulai dari setalah atau sekitar pukul 5 pagi sampai waktu dzuhur (11:30), saat di temui di lapaknya ia mengatakan tidak ada kata terlambat untuk menyekolahkan seorang anak, masalah biaya jika ada niat dan keinginan Allah selalu memberikan . Begitu ujanya.
yang keras dari sosok ini demi untuk melihat anak-anak mendapat pendidikan yang layak dan mendapat sebuah ilmu untuk menjadi bekal di masa mendatang nanti dan bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari seorang penjual sayur mayur.
sedikit demi sedikit uang yang dapat dari menjual sayur mayor dikumpulkanya. Dari uang itulah ibu Maryam dapat menyekolahkan anaknya sampai ke perguruan tinggi.
Kesadaran akan pendidikan yang utama, membuat Maryam banting tulang untuk memenuhi kebutuhan perkulihan anaknya yang di rasakan memang sangat berat, Namun wanita yang lahir 12 maret 1966 ini tak patah semangat, walaupun banyak tetangga-tetangganya yang mencibir keinginan keras Maryam untuk menyekolahkan/menguliahkan anaknya ke perguruan tinggi.
Kesulitan yang di alami bukan tak ada, biaya perkuliahan yang semakin tinggi belum lagi di tambah uang bulanan untuk perlengkapan anaknya membuat Maryam sesekali hutang ke tetangganya untuk membayar biaya perkuliahan dan kebutuhan anaknya.
Sebuah perjuangan besar seorang ibu, ia tidak pernah meminta rasa kasihan kepada orang lain, tetapi Maryam hanya ingin melihat anaknya di samakan dengan anak-anak lain tanpa melihat apa pekerjaan orang tuanya.
Maryam yang beralamat di desa Pakong kecamatan Pakong kabupaten Pamekasan Madura, ini mempunyai seorang suami dan tiga orang anak. Anak pertama sudah bekerja, anak kedua masih kuliah semester 6 dan anak terakhirnya nya saat ini masih duduk dibangku sekolah menengah pertama.
Rasa lelah pasti ada tapi Maryam tidak ingin terlihat lemah di mata anak-anaknya. Maryam bekerja dan menggurus rumah tangga dari pagi hingga sore demi untuk melihat anaknya yang nantinya dapat menaikan derajat keluarganya.
Penghasilan setiap harinya yang tak tetap karena tergantung dari jumlah pembelinya, Maryam mengaku jika saat bulan puasa ia bisa meraup untung yang cukup besar karena banyak para pembelinya yang sering belanja kebutuhan bahan pokok dapur salah satunya sayur mayur, dan ia juga mengatakan saat hari tenang pasar lapaknya juga banyak di datangi pembeli, karena dinilai ramah dalam pelayanan terhadap pembeli.
Dari penghasilan berjualan sayu mayur, Maryam bisa membantu suami nya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga nya dari hari ke hari, dan Maryam tidak pernah lupa menyisipkan atau menabungkan uang dari penghasilannya untuk biaya anaknya.
Saya tak ingin terlalu memberatkan suami, maka dari itu saya mencari jalan agar bisa membantu suami saya yaitu dengan cara berjualan sayur mayur. Tidak banyak usaha yang bisa saya lakukan selain terus berusaha dan berdoa kepada Allah agar semua urasan bisa di permudah oleh yang Maha Kuasa, ucap Maryam.
Harapan saya untuk anak saya tidak begitu besar, saya hanya ingin melihat anak saya bisa hidup mandiri dan berkecukupan seperti anak-anak lainnya, bisa membiayai hidup mereka sendiri tanpa meminta lagi dari kedua orang tuanya, dan bisa membuat bahagia anak dan istri mereka kelak, ucap Maryam sambil tersenyum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar