KATA
MUTIARA DARI SI MULUT MUNGIL
Oleh:
Ahmad Noval Romsi
D
|
ikala itu Minggu sore, Saya sedang duduk-duduk santai bersama salah
satu keluarga, sebuah keluarga yang menurut saya sangatlah Sakinah, Mawaddah,
Warohmah. Dengan diiringi hembusan angin yang seakan-akan menari-nari menyambar
tubuh saya seraya seperti petir, karena waktu itu hawanya sedang dingin sekali.
Setelah sekian detik, menit hanya diam termenung saja, lalu ada mulut mungil
berbicara kepada Ayahnya “Ayah-ayah kita jalan-jalan yuk?” rengeknya Fatih
kepada ayahnya, karena mungkin ia penat dengan suasana rumahnya yang hanya
garing tanpa ada perbincangan dianataranya. Ayahnya pun hanya meng-Iyakan
kemauanya “iya-iya, mau kemana Nak?”. Fatih pun menjawab “ke Arek Lancor, naik
odong-odong yah…”.
Lalu mereka pun berangkat menuju
Arek Lancor, tibanya disana Fatih langsung turun dari sepeda menyambar
odong-odong yang akan dinaikinya, karena saking terburu-burunya Fatih ingin
sekali naik odong-odong. Ayahnya pun berkata “hati-hati nak, pelan-pelan”
melihat Fatih yang seakan kegirangan karena ingin naik odong-odong.
Ayahnya (Abdul Rojak) memesan kopi
sambil menunggu Fatih naik odong-odong. Entah datang dari mana pikiran itu,
Abdul Rojak yang sedang memesan kopi tadi berbicara dalam hatinya “wow.. cantik
dan anggun sekali wanita berhijab merah ini, siapa gerangan? Adakah yang sudah
memilikinya?”.
Karena mungkin terlalu terbawa Ilusi
Abdul Rojak tidak sadar kalau Fatih sudah selesai naik odong-odongnya. Lalu Fatih
datang dan mengagetkannya “Yah…”. Abdul Rojak pun kaget dengan teramat sangat
“Astaghfirullahal ‘Adzim!”. Tak tau akal Ilahi dari mana yang datang
menghampiri pikiran Fatih ia langsung berkata kepada Ayahnya seakan-akan
seperti motivator kelas dunia saja “Yah, jangan melihat perempuan lain seperti
itu, karena dirumah sana ada wanita yang sangatlah setia dan menyayangi Ayah”.
Abdul Rojak termenung melihat Fatih berkata seperti itu dan mengucapkan
“Astaghfirullahal ‘Adzim…”.
Sepanjang perjalanan pulang Abdul
Rojak dibayang-bayangi dengan perkataan Fatih barusan, lalu iya sempat berbenak
dan dalam hatinya “kok bisa iya anak sekecil itu, masih umur 5 tahun bisa
berkata dan menasehati saya seperti itu”.
Sesampainya dirumah Abdul Rojak
memandangi wajah Fatih dan sempat ada pikiran buruk yang tidak pernah ia
pikirkan sebelumnya “apakah ini anak saya? aah..” dia menepis pikiran buruk
itu. “Ataukah ini adalah Malaikat kecil yang Allah titipkan kepada saya untuk
dijaga”. SubhanAllah… Maha besar Allah.